MAKALAH
PENGETAHUAN BAHAN PANGAN
SEREALIA “BERAS”
A. Secara Umum
Suhartiningsih, 2004. Haruskah Kita Peduli Rasa Nasi?. FTDC-IPB.
Utama,Prof.Dr.Ir.M.Zulman Harja,MP.2015.Budidaya Padi Pada Lahan Marjinal Kiat
PENGETAHUAN BAHAN PANGAN
SEREALIA “BERAS”
Diasuh
oleh :
Dr. Dedin F. Rosida, STP. MKes
Disusun
oleh:
Elissa
Fatma Sari (
1533010057 )
Junior
Dany Wibisono (
1533010058 )
Afra
Salsabiila (
1533010059 )
Muhammad Khoirul Azmir ( 1533010084 )
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAWA TIMUR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 8 Mei 2016
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Keberadaan bahan pangan
diperlukan sepanjang masa sebagai hubungan pokok manusia sebelum sandang dan
papan. Keadaan demikian dapat dirunut sejak zaman primitive, pada masa itu
manusia dalam memperoleh pangan menempuh cara berladang berpindah-pindah. Pada
waktu itu, melimpahnya hasil pangan hanyalah bersifat sementara, bahkan dapat
dikatakan jarang sekali dialami.
Tuntutan bahan pangan
oleh manusia semakin hari semakin meningkat, baik jumlah maupun mutunya. Di
pihak lain, prokdutifitas tanaman pertanian waktunya sangat terbatas, terbatasi
oleh musim atau keberadaan alam sehingga produksinya hanya dapat diperoleh pada
waktu tertentu saja. Namun di berbagai pihak mungkin dapat dikelompokkan
komoditas berdasarkan jenis, bentuk atau struktur bahan dan pola respirasi
maupun komposisi kimia yang sebelumnya dapat merugikan produksi atau yang
menghasikan.
Indonesia adalah negara
agraris. Berbagai macam tanaman bisa tumbuh subur di tanah Indonesia, seperti
serealia. Serealia merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Setiap daerah
mempunyai bahan makanan pokok masing-masing sehingga banyak bermunculan tanaman
serealia di tanah Indonesia. Ada beras yang menjadi makanan pokok masyarakat
Indonesia barat (Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali). Ada pula sagu yang menjadi
makanan pokok masyarakat timur (Maluku dan Irian Jaya).
Serealia yaitu
biji-bijian dari famili rumput-rumputan (gramine)
yang banyak mengandung karbohidrat sehingga menjadi makanan pokok manusia,
campuran makanan ternak dan bahan baku industri yang menggunakan sumber
karbohidrat.
Beras merupakan bahan
pangan yang memiliki peran besar di Indonesia karena kandungan yang dimilikinya
merupakan sumber energi terbesar bagi tubuh manusia.
Keadaan pangan di suatu
negara dapat menjadi tidak stabil apabila antara kebutuhan dan penyediaan tidak
seimbang. Hal ini akan mendorong para petani un tuk lebih giat mengerjakan
sawahnya, ditanami padi.
Pada umumnya orang
cenderung membelanjakan sebagian uangnya untuk membeli kebutuhan pokok
gtersebut. Besar kecilnya uang yang dibelanjakan untuk membeli beras tergantung
kebiasaan dan tingkat sosial ekonomi mereka. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi
seseorang, semakin besar kecenderungan memanfaatkan beras sebagai makanan
pokok. (Kasnisius,1990)
2. Rumusan
Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan beras?
b. Apa
saja jenis-jenis dari beras?
c. Apa
karakteristik pada tiap jenis beras?
d. Apa
saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi beras?
e. Apa
perbedaan nutrisi pada tiap jenis beras?
f. Bagaimana
perubahan pada beras pasca panen?
3. Tujuan
a. Mengetahui
pengertian tentang beras.
b. Mengetahui
jenis-jenis dari beras.
c. Mengetahui
karakteristik pada tiap jenis beras.
d. Mengetahui
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi beras.
e. Mengetahui
perbedaan nutrisi pada tiap jenis beras.
f. Mengetahui
perubahan pada beras pasca panen.
4. Manfaat
a. Mahasiswa
mengetahui pengertian tentang beras.
b. Mahasiswa
mengetahui jenis-jenis dari beras.
c. Mahasiswa
mengetahui karakteristik pada tiap jenis beras.
d. Mahasiswa
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi beras.
e. Mahasiswa
mengetahui perbedaan nutrisi pada tiap jenis beras.
f. Mahasiswa
mengetahui perubahan pada beras pasca panen.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Beras
Serealia yaitu biji-bijian dari famili Graminae (rumput-rumputan) yang kaya akan karbohidrat, sehingga merupakan makanan pokok manusia, pakan ternak dan industri yang menggunakan karbohidrat sebagai bahan baku. Biji-bijian yang tergolong serealia antara lain, padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), gandum (Triticum sp.). serealia berperan penting karena merupakan makanan pokok yang sekaligus sebagai sumber tenaga bagi manusia. Serealia menyediakan sebanyak 50% kebutuhan kalori.
Serealia yaitu biji-bijian dari famili Graminae (rumput-rumputan) yang kaya akan karbohidrat, sehingga merupakan makanan pokok manusia, pakan ternak dan industri yang menggunakan karbohidrat sebagai bahan baku. Biji-bijian yang tergolong serealia antara lain, padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), gandum (Triticum sp.). serealia berperan penting karena merupakan makanan pokok yang sekaligus sebagai sumber tenaga bagi manusia. Serealia menyediakan sebanyak 50% kebutuhan kalori.
Beras
adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan
disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling (huller) serat alat penyosoh (polisher).
Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luar atau sekamnya disebut beras pecah
kulit (brown rice). Sedangkan beras
pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam
proses penyosohan, disebut beras giling (milled
rice). Beras yang biasa dikonsumsi atau dijual di pasar adalah dalam bentuk
beras giling.
Beras
bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan makanan pokok,
beras dapat digantikan atau disubstitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi
memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat
mudah digantikan oleh bahan makanan lainnya.
Secara
umum organ tanaman padi (Oryza Sativa L) terdiri dari dua kelompok yaitu organ
vegetatif dan generatif. Organ (bagian) vegetatif terdiri dari akar, batang,
dan daun. Bagian generatif meliputi malai, bunga, dan gabah. Perhitungan tanaman
padi di lapang yang dihitung sejak ditabur atau ditanam langsung sampai
dipanen, memerlukan waktu umumnya 3-6 bulan , tergantung dari varietas yang
dibudidayakan. Periode ini meliputi fase vegetatif dan generatif . fase
generatif (reproduktif) masih dibagi menjadi dua fase ialah fase pra-berbunga
dan fase pasca-berbunga (pemasakan). Sehingga secara keseluruhan pertanaman
padi dibagi menjadi tiga fase yakni fase vegetatif, fase pra-berbunga dan fase
pasca-berbunga (pemasakan)
Pertumbuhan
tanaman diawali dari kecambah sampai anakan maksimum (primordia bunga) disebut
fase vegetatif. Selanjutnya tumbuh dari primordia bunga sampai bunga keluar
disebut fase reproduktif (pra-berbunga). Pertumbuhan ini dilanjutkan dengan
fase pemasakan yang meliputi fase primordia bunga sampai masak. Pertanaman padi
dikatakan masak bila 80% dari keseluruhan pertanaman telah menguning atau
dikatakan tanaman dapat dipanen. Masing-masing fase reproduktif dan fase
pemasakan membutuhkan waktu 30 hari di daerah tropis seperti Indonesia. Kedua
fase ini bersifat relatif mantap, tidak terpengaruh oleh varietas maupun
lokasi. Sedangkan fase vegetatif dipengaruhi oleh varietas, musim dan lokasi.
A. Taksonomi
Klasifikasi
lengkap dari tanaman padi adalah sebagai berikut :
Nama Ilmiah : Oryza sativa L.
Contoh varietas : IR 64, Situ bagendit, membramo,
celebes, bengawan, pelita
Spesies : Ada 25 species, dua diantaranya adalah :
1.
Oryza Sativa L.
2.
Oryza glaberima Steund
Sedangkan subspecies
Oryza sativa L, dua diantaranya adalah :
1.
Indica ( padi bulu )
2.
Sinica ( padi cere )
dahulu dikenal Japonica
Menurut Kuwada, tanaman
padi (Oryza sativa L) mempunyai jumlah khromosom 2 n = 24. Sedangkan species
Oryza yang lain ialah Oryza glaberima steund, Oryza officinalis Wall dan Oryza
longistaminata Chev (= Oryza prennis Moench_ juga mempunyai jumlah kromosom 2 n
= 24.
Menurut D. Joy dan E.
J. Wibberley, tanaman padi yang mempunyai nama botani Oryza sativa dengan nama
lokal padi (paddy), dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi kering yang
tumbuh di dataran tinggi dan padi sawah yang memerlukan air menggenang.
Padi yang dibudidayakan
hingga sekarang ini telah banyak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi,
bukan hanya bentuk luar atau morfologisnya, tetapi segi fisiologisnya juga
berubah.
Perubahan morfologis
ini meliputi daun : jumlah daun menjadi lebih banyak. Daun berubah menjadi
lebih panjang, lebih besar dan lebih tebal. (Soemartono,1992)
2. Jenis-jenis
Beras
a.
Secara umum :
·
Beras putih (white rice)
·
Beras merah (brown rice)
·
Beras hitam
·
Beras ketan (glutinous rice)
·
Beras ketan hitam
b.
Berdasarkan asal daerah
:
·
Beras Cianjur
·
Beras Solok
·
Beras Delanggu
·
Beras Banyuwangi
c.
Berdasarkan varietas
padi :
·
IR 64
·
Situ bagendit
·
Membramo
·
Celebes
·
Bengawan
·
Pelita
d.
Berdasarkan cara
prosesing :
·
Beras tumbuk
·
Beras giling
3. Karakteristik
Beras
a.
Beras putih : berwarna
putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleurondan kandungan
amilosa umumnya sekitar 20%
b.
Beras merah :
aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna
merah atau ungu pada beras
c.
Beras ketan : berwarna
putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan
amilopektin
d.
Beras ketan hitam :
merupakan versi ketan dari beras ketan
e.
Beras Cianjur :
mengeluarkan aroma yang harum bila ditanak, bau ini disebabkan beras melepaskan
senyawa aromatik yang memberikan efek harum
f.
Beras Pandan wangi :
mengeluarkan aroma yang harum bila ditanak, bau ini disebabkan beras melepaskan
senyawa aromatik yang memberikan efek harum
g.
Beras Rojolele : mengeluarkan
aroma yang harum bila ditanak,bau ini disebabkan beras melepaskan senyawa
aromatik yang memberikan efek harum
Sifat mutu beras yang
tidak disenangi adalah yang berbau apek dan yang berbau alkohol. Bau apek
disebabkan oleh hasil perusakan minyak, bau asam dan bau alkohol disebabkan
oleh hasil fermentasi gula. Keberadaan bahan kimia ini dapat ditentukan dengan
pembauan.
4. Faktor-faktor
yang Dapat Mempengaruhi Beras
Beras yang dijual di
pasar bermacam-macam jenisnya dan berbeda-beda pula mutunya. Berikut
dikemukakan secara umum kriteria dan pengertian mutu beras yang meliputi mutu
pasar, mutu rasa, mutu tanak (Haryadi, 2006).
Tinggi rendahnya mutu
beras bergantung pada beberapa faktor, yaitu spesies dan varietas, kondisi
lingkungan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara penyimpanan
(Astawan, 2004).
Di Indonesia, tingkat
mutu didasarkan antara lain pada kesepakatan oleh sebagian besar pedagang
beras. Tingkatan mutu yang berlaku di masyarakat sangat beragam. Menurut
Haryadi (2006), secara umum mutu beras dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu
mutu giling, mutu rasa dan mutu tanak, mutu gizi, mutu berdasar ketampakan dan
kemurnian biji.
a.
Mutu giling
Mutu
giling merupakan salah satu faktor penting yang menentukan mutu beras. Mutu
giling mencakup berbagai ciri, yaitu rendemen beras giling, rendemen beras
kepala, persentase beras pecah dan derajat sosoh beras. (Balittan Sukamandi,
1987 dalam Damardjati dan Endang Y. Purwani, 1991).
b.
Mutu rasa dan mutu
tanak
Di
Indonesia, mutu tanak belum dijadikan syarat dalam menetapkan mutu beras. Lain
halnya dengan dunia internasional, khususnya di Amerika Serikat, mutu tanak
merupakan salah satu persyaratan terutama dalam pengolahan beras. Ciri-ciri
umum yang memengaruhi mutu tanak ialah perkembangan volume, kemampuan mengikat
air, stabilitas pengalengan nasi parboiling, lama waktu penanakan dan sifat
viskositas pati.
c.
Mutu gizi
Beras
pecah kulit hanya disenangi oleh sejumlah persentase kecil konsumen meskipun
beras pecah kulit mengandung protein, vitamin, mineral, dan lipid lebih banyak
daripada beras sosoh.
d.
Mutu berdasar
ketampakan dan kemurnian biji
Ketampakan
biji pada umunya ditemukan berdasarkan keburaman endosperm, yaitu bagian biji
yang tampak putih buram, baik pada sisi dorsalbiji, sisi ventral, maupun tengah
biji. Keburaman biji menentukan mutu beras yang dalam persyaratan mutu dikenal
sebagai butir mengapur.
e.
Kandungan amilosa
Kandungan
amilosa mempengaruhi sifat pemekaran volume nasi dan keempukan serta kepulenan
nasi. Semakin tinggi kandungan amilosanya, semakin mekar nasinya. Sebaliknya,
semakin rendah amilosa, semakin pulen nasi tersebut. Jadi beras ketan tidak
banyak mekar, sedangkan beras beras PB atau IR daya pemekarannya tinggi, tetapi
cepat menjadi keras setelah dingin dan tidak lekat nasinya. Beras dengan
amilosa rendah biasanya menghasilkan nasi dengan sifat tidak kering dan
teksturnya pulen, tidak menjadi keras setelah dingin, dan rasanya enak dan
nasinya mengkilat. Semakin mengkilat nasi, semakin enak rasa nasi tersebut.
Jadi enaknya nasi dapat diukur dengan derajat mengkilatnya nasi. Keadaan
per-pulen berkaitan dengan kandungan amilosa.
Semakin
kecil kadar amilosa atau semakin tinggi kadar amilopektin, semakin lekat
nasinya. Karena itu, beras ketan kadar amilosanya sangat rendah (1-2%),
sedangkan beras yang kadar amilosanya lebih besar dari 2 % disebut beras bukan
ketan atau beras biasa. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras (bukan ketan)
digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu beras beramilosa tinggi (25 – 33%), beras
beramilosa sedang (20-25%), beras beramilosa rendah (9-20%) dan beras dengan
kadar amilosa sangat rendah (2-9%).
5. Kandungan
Nutrisi dan Gizi pada Beras
Beras
merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Beras sebagai
bahan makanan mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat
sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan mineral seperti
kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg (Astawan, 2004).
Bagian
gabah yang dapat dimakan adalah kariopsis yang terdiri dari 75% karbohidrat dan
8% protein pada kadar air 14%. Penyusun lainnya adalah lemak, serat, dan abu
yang terdapat dalam jumlah sedikit. Bagian endosperm atau bagian gabah yang
diperoleh setelah penggilingan yang kemudian disebut beras giling, mengandung
78% karbohidrat dan 7% protein (Haryadi, 2006).
Sebagian
terbesar karbohidrat dalam beras ialah pati dan hanya sebagian kecil pentosan,
selulosa, hemiselulosa, dan gula. Antara 85% hingga 90% dari berat kering beras
berupa pati. Kandungan pentosan berkisar 2,0 – 2,5% dan gula 0,6 – 1,4% dari
berat beras pecah kulit. Dengan demikian jelaslah bahwa sifat fisikokimiawi
beras terutama ditentukan oleh sifat-sifat patinya, karena penyusun utamanya
adalah pati (Haryadi, 2006).
Protein
merupakan penyusun utama kedua beras setelah pati. Beras pecah kulit mengandung
protein sekitar 8% pada kadar air 14% dan sekitar 7% pada berasgiling. Vitamin
pada beras yang utama adalah tiamin, riboflavin, niasin, dan piridoksin,
masing-masing terdapat dalam 4μg/g, 0,6 μg/g dan 50 μg/g. Vitamin-vitamin
tersebut tidak semuanya dalam bentuk bebas, melainkan terikat. Misalnya
riboflavin sebanyak 75% terdapat dalam bentuk ester. Beras mengandung vitamin A
dan vitamin D sangat sedikit, tidak mengandung vitamin C. Kadar abu dari beras
giling 0,5% atau kurang. Mineral pada beras terutama terdiri atas unsur-unsur
fosfor, magnesium dan kalium. Selain itu terdapat kalsium, klor, natrium,
silica, dan besi.
Berdasarkan
sisi gizi dan nutrisi, beras memang relatif unggul dibandingkan dengan pangan
lain. Seluruh bagian beras bisa dimakan. Kandungan energinya mencapai 360
kalori per 100 gram. Beras adalah sumber protein yang baik dengan kandungan
protein 6,8 gram per 100 gram. Itulah sebabnya, di Indonesia, dalam neraca
makanan, sumbangan beras terhadap energi dan protein masih sangat tinggi lebih
dari 55 persen. Seseorang yang makan beras dalam jumlah cukup pasti tidak akan
kekurangan protein.
Tabel 1 Komposisi Gizi
Beras Giling (dalam 100 gr bahan)
No.
|
Komposisi Gizi
|
Beras Giling
|
1.
|
Energi (kal)
|
360
|
2.
|
Protein (gr)
|
6,8
|
3.
|
Lemak (gr)
|
0,7
|
4.
|
Karbohidrat (gr)
|
78,9
|
5.
|
Kalsium (mg)
|
6
|
6.
|
Fosfor (mg)
|
140
|
7.
|
Besi (mg)
|
0,8
|
8.
|
Vitamin A (SI)
|
0
|
9.
|
Vitamin B1 (mg)
|
0,12
|
10.
|
Vitamin C (mg)
|
0
|
Tabel 2
Komposisi kimia (%) pada kadar air 14%
Komposisi
|
Gabah
|
Beras
pecah kulit
|
Beras
sosoh
|
Protein
|
5.8-7.7
|
7.1-8.3
|
6.3-7.1
|
Lemak kasar
|
1.5-2.3
|
1.6-2.8
|
0.3-0.5
|
Serat kasar
|
7.2-10.4
|
0.6-1.0
|
0.2-3.5
|
Abu
|
2.9-5.2
|
1.0-1.5
|
0.3-0.8
|
Karbohidrat
|
63.6-73.2
|
72.9-75.9
|
76.8-78.4
|
Pati
|
5.4
|
66.4
|
77.6
|
A. Secara Umum
-
Beras putih
·
Protein (g/100g) = 6,8
·
Besi (mg/100g) = 1,2
·
Seng (mg/100g) = 0,5
·
Serat (g/100g) = 0,5
-
Beras merah
·
Protein (g/100g) = 7,0
·
Besi (mg/100g) = 5,5
·
Seng (mg/100g) = 3,3
·
Serat (g/100g) = 3,3
-
Beras hitam
·
Protein (g/100g) = 8,5
·
Besi (mg/100g) = 3,5
·
Seng (mg/100g) = -
·
Serat (g/100g) = -
-
Beras cokelat
·
Protein (g/100g) = 7,9
·
Besi (mg/100g) = 2,2
·
Seng (mg/100g) = 0,5
·
Serat (g/100g) = 0,5
-
Beras ungu
·
Protein (g/100g) = 8,3
·
Besi (mg/100g) = 3,9
·
Seng (mg/100g) = 2,2
·
Serat (g/100g) = 2,2
(Bahrudin,2013)
B. Berdasarkan
Varietas Padi
-
Pelita
·
Umur tanaman : 135-145
hari
·
Rasa Nasi : Enak
·
Potensi hasil : 4,5-5,5
ton/Ha, gabah kering
-
Bengawan
·
Umur tanaman : 155-160
hari
·
Rasa nasi : Enak
·
Jumlah anakan : banyak
-
Celebes
·
Umur tanaman : 105-110
hari
·
Potensi hasil : 5,0
t/ha
·
Tekstur nasi : Pulen
-
Situ Bagendit
·
Umur tanaman : 110-120
hari
·
Rataan hasil : 3-5 t/ha
GKB (lh kering), 5-6t/ha GKB (lh sawah)
·
Tekstur nasi : Pulen
-
IR 64
·
Umur tanaman : Kurang
lebih 115 hari
·
Rataan hasil : Kurang
lebih 5 ton/ha
·
Rasa nasi : Enak
-
Membramo
·
Umur tanaman : 115-120
hari
·
Rataan hasil : KI. 6,5
ton/ha gabah kering giling
·
Rasa nasi/tekstur nasi
: pulen
(Kanisius, 1990)
1. Perubahan
Pasca Panen pada Beras
Pada
biji matang, ikatan antar granula telah menjadi padat dan kompak dengan
butiran-butiran protein yang terdapat di sela-sela granula pati berfungsi
sebagai pengepak. Sebaliknya pada biji lewat matang, tampak struktur
retakan-retakan dalam biji dan terjadi pengkerutan granulagranula pati sehingga
mengurangi kekompakan ikatan antar granula. biji yang dipanen lewat matang
banyak mengalami keretakan sejak dari lapang yang menyebabkan mudah pecah waktu
penggilingan (Damardjati, 1988)
Chrastil
(1992) yang menyatakan bahwa penyerapan air dan pengembangan volume meningkat
sejalan dengan lama penyimpanan. Penundaan atau penanganan yang tidak tepat
dapat mengakibatkan perubahan warna menjadi kuning (Sahay dan Gangopadhyay, 1985),
meningkatkan respirasi dan menyebab-kan penurunan kualitas (Aibara etal.,
1984).
Hasil
yang sama juga ditemukan di Indonesia, besar tumpukan dan lama
penumpukan/penundaan perontokan mempengaruhi kadar beras pecah, butir rusak,
beras kuning dan warna beras/keterawangannya. Untuk beras PB42 pada musim
kemarau, terlambat merontok sampai 15 hari menyebabkan butir kuning mendekati 3
% dan kadar beras pecah di atas 35 % (Soemardi dan Tahir, 1991).
Menurut
Ruiten (1994), warna yang terjadi adalah kuning yang disebabkan oleh kombinasi
aktivitas mikrobia dan kimiawi karena gabah terlalu lama dalam masa
pra-pengeringan. Menurut Dillahunty et al. (2001), suhu dan lama
penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terbentuknya warna kuning.
Warna kuning merupakan bentuk kerusakan yang mempengaruhi kualitas, kenampakan,
flavor dan hasil akhir.
Menurut
Daniels et al. (1998) perlakuan, termasuk kondisi pra-pengeringan,
kondisi pengeringan, suhu dan lama penyimpanan gabah sangat penting
diperhatikan. Beras kepala yang dihasilkan akan meningkat sejalan dengan lama
penyimpanan pada semua suhu dan semua kondisi prapengeringandan pengeringan.
Selain itu juga berpengaruh terhadap sifat tanak dan viskositas puncak.
Perubahan-perubahan yang penting terjadi selama tiga bulan pertama penyimpanan.
Gabah
dengan kadar air tinggi apabila disimpan dalam timbunan akanmenimbulkan panas
karena respirasi dan aktivitas mikrobia. Gabah dengan kadar air 24% akan
mengalami kerusakan dalam 24 jam pada suhu penyimpanan 10oC,
sedangkan dengan kadar air 15-18 % mengalami kerusakan setelah lima hari pada
suhu penyimpanan antara 10- 38oC (Kunze dan Calderwood, 1994).
Viskositas
puncak beras giling meningkat dengan semakin lama waktu penyimpanan karena
meningkatnya kandungan asam lemak bebas dan menurunnya aktivitas diastatik.
Pengeringan gabah setelah panen lebih menguntungkan karena dapat menurunkan
aktivitas enzim-enzim yang bertanggung jawab terhadap kerusakan gabah selama
penyimpanan seperti amilase, protease dan lipase (Dhaliwal et al.,1991).
Menurut
Kik dalam Juliano (1994c), kandungan vitamin, terutama tiamin menurun
selama penyimpanan. Chrastil (1990) mempelajari pengaruh penyimpanan beras
terhadap orizenin, pati dan amilosa. Meskipun kandungan total protein dan pati
tidak mengalami perubahan, namun kelarutan protein menurun. Penyimpanan pada
suhu tinggi (40oC) meningkatkan ikatan disulfida dan rata-rata berat
molekul orizenin. Di sisi lain, berat molekul amilosa menurun dan amilopektin
meningkat. Orizenin berinteraksi dengan pati dengan ikatan dapat balik antara
amilopektin dan atau amilosa. Ikatan ini menurun selama penyimpanan dan
berhubungan dengan kelekatan nasi setelah dimasak.
Beras
coklat yang disimpan pada suhu 30oC mengandung asam lemak bebas,
karbonil (jenuh dan tidak jenuh) dan heksanal yang lebih tinggi dari pada beras
sosoh (Piggott etal., 1991). Kandungan asam lemak bebas yang relatif
tinggi memungkinkan timbulnya bau tengik akibat oksidasi.
Aroma
juga semakin berkurang selama penyimpanan karena sifat penguapannya (Damardjati
danEndang, 1991).
Pada
cara petani, kehilangan hasil panen tertinggi (9,52%) terjadi pada tahap panen
dengan menggunakan sabit, selanjutnya pada tahap perontokan (4,79%). Titik
kritis kehilangan hasil terdapat pada tahap pemotongan padi, pengumpulan
potongan padi, dan perontokan (Nugraha et al. 2007). Dengan menggunakan combine
harvester, kehilangan hasil tersebut dapat diminimalkan menjadi hanya 2,5%
karena panen, pengumpulan, dan perontokan digabung menjadi satu tahapan
kegiatan (Purwadaria et al. 1994).
Anggapan yang saat ini
berlaku adalah beras beramilosa tinggi memiliki indeksglikemik rendah atau
sedang. Beras dengan IG rendah tidak hanya terjadi pada beras beramilosa tinggi
seperti IR 36 tetapi juga ditemukan pada beras beramilosa sedang (beras X).
Ketidak-konsistenan hubungan kadar amilosa beras dengan nilai IG juga
dilaporkan oleh peneliti lain. Miller et al, (1992) melaporkan bahwa beras
pecah kulit maupun giling Doongara (beramilosa tinggi) memiliki nilai indeks
glikemik sedang (64 dan 66). Nilai indeks glikemik beras bervariasi dari 43
sampai 109 tergantung pada kadar amilosa dan perlakuan penhgolahan yang
dialaminya (Powel et al, 2002). Juliano (2005) menyebutkan nilai IG beras
beramilosa tinggi atau sedang sekitar 83 (dengan standar roti tawar) dan pada
beras parboiled sekitar 68-69 (dengan standar roti tawar).
Tabel 3 Kandungan proksimat (%) pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi
Tahapan
Pengolahan
|
Ka Air
|
Abu
|
Protein
|
Lemak
|
Karbohidrat
|
Serat
|
Panen
|
25.565
|
6.081
|
6.354
|
2.285
|
44.308
|
14.851
|
Rontok
|
25.311
|
4.628
|
7.330
|
2.077
|
47.956
|
12.697
|
Pengeringan
|
11.104
|
3.575
|
8.635
|
2.607
|
59.387
|
14.794
|
Pecah
kulit 1
|
11.514
|
2.412
|
9.220
|
2.739
|
68.075
|
8.745
|
Pecah
kulit 2
|
11.606
|
1.875
|
9.588
|
2.566
|
67.728
|
7.113
|
Sosoh 1
|
11.668
|
1.409
|
9.026
|
1.991
|
69.152
|
6.267
|
Sosoh 2
|
11.790
|
0.460
|
8.599
|
0.725
|
73.048
|
4.952
|
Pencucian
|
27.217
|
0.425
|
6.407
|
0.152
|
61.057
|
4.896
|
Nasi
|
65.533
|
0.165
|
3.199
|
1.107
|
27.681
|
2.314
|
Kadar air pada
tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi
Kadar air padi waktu panen dan perontokan tidak jauh
berbeda karena padi dipanen dan dirontokkan pada saat yang bersamaan. Perbedaan
kadar air disebabkan karena pada waktu panen padi masih ada tangkainya yang
bisa menahan air, sedang padi yang dirontokan tidak sehingga kadar air pada
waktu panen lebih tinggi.
Pada tahap pengeringan padi (gabah), kadar air menurun
dengan adanya proses penjemuran dengan sinar matahari selama ± 3 hari.
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai
tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam
waktu yang lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses
pengeringan dapat mencapai 2,13 %.
Kadar air setelah pengeringan adalah 11,104 %. Tujuan
dari pengeringan padi adalah untuk mengurangi kadar air gabah agar dapat
disimpan lebih lama dan untuk proses selanjutnya, karena dengan pengeringan
akan merubah struktur dan tekstur gabah yang disebabkan hilangnya sebagian
kadar air. Menurut Haryadi (2006), perubahan tekstur dan struktur gabah selama
proses pengeringan sangat berpengaruh terhadap kemudahan biji pecah selama
perlakuan mekanis selanjutnya.
Tahap penggilingan gabah adalah tahapan proses
pengolahan padi setelah tahap pengeringan, apabila tidak dilakukan penyimpanan.
Dalam penggilingan padi ada dua tahapan yang dilakukan yaitu pengupasan/pemecahan
kulit gabah dan penyosohan. Dalam proses penyosohan dapat dilakukan 2 sampai 3
kali. Tujuan dari penggilingan padi adalah mengupas dan membersihkangabah
menjadi beras. Pada tahap pengupasan kulit akan diperoleh beras pecah kulit
yaitu membuang sekam padi, dan tahap penyosohan adalah membuang kulit ari beras
sehingga beras nampak putih bersi. Kadar air beras pecah kulit dan beras yang
telah di sosoh tidak jauh berbeda yaitu 11.514 %, 11.606 %, 11.668 %, dan
11.790 %, penyosohan dilakukan 3 kali, sehingga diperoleh beras yangbenar-benar
bersih.
Pengolahan beras menjadi nasi melalui dua tahap yaitu
pencucian dan pemasakan. Pada tahap pencucian kadar air meningkat menjadi
27.217 %, hal ini karena beras dicuci dengan air, sehingga beras menyerap air
yang menyebabkan kadar air meningkat. Sedang pada tahap pemasakan beras dimasak
dengan ditambah air, maka kadar air beras yang telah menjadi nasi juga meningkat
65.533 %. Peningkatan ini karena beras mempunyai kemampuan mengikat air
yangdigunakan untuk memasak.
Kadar abu pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi
Kadar abu pada tahap panenadalah 6.081 % dan setelah
dirontokkan turun menjadi 4.628 %, hal ini karena padi yang dipanen masih
berada di malai dan tangkai sehingga bahan keringnya tinggi sehingga kadar abu
tinggi, tetapi setelah dirontokkan padi sudah berupa gabah artinya seudah lepas
dari malai dan tangkai sehingga bahan kering turun. Sedang gabah yang telah
dikeringkan juga kadar abunya mengalami penurunan hal ini karena tangkai yang
tersisa pada butir gabah lepas/patah pada saat dikeringkan, sehingga yang
tersisa adalah gabah yang sudah bersih dari tangkai yang menyebabkan kadar abu
turun.
Pada tahap penggilingan yaitu pecah kulit 1, pecah
kulit 2, penyosohan 1 dan penyosohan 2 penurunan terjadi karena sekam yang
membungkus beras sebadian sudah lepas, padahal sekam tersusun dari selulosa
yang banyak mengandungsilica, sehingga kadar abu semakin turun, demikian juga
tahap pecah kulit 2 lebih banyak sekam yang sudah terlepas yang menyebabkan
kehilangan kandungan abunya. Penyosohan dilakukan untuk menghilangkan kulit ari
yang masih menempel di beras sehingga yang tertinggal hanya butir berasnya, yang
masih mengandung sisa kulit ari beras, protein, lemak dan sebagian besar
karbohidrat, hal ini menyebabkan kadar abu semakin turun, karena kadar abu
hanya terdapat pada kulit ari yang masih tersisa sedang kulit ari mengandung
mineral.
Tahap pencucian juga menyebabkan kadar abu turun
karena dengan pencucian beras yang masih mengandung kulit ari hilang tercuci.
Sedang pada tahapan penanakan menjadi nasi kadar abu turun karena kadar air
meingkat.
Kadar protein pada tiap tahapan pengolahan padi
menjadi nasi
Pada waktu panen padi masih berada di tangkai malai
sehingga nutrisi yang tersisa termasuk mineral masih mensuplai ke biji gabah
sehingga prosentasi mineral dan protein seimbang tetapi pada waktu perontokkan
prosentase protein meningkat karena gabah sudah dirontokkan sehingga suplai
hara benar-benar berhenti sehingga prosentase protein meningkat. Tahap
pengeringan juga meningkatkan protein, karena pada waktu pengeringan terjadi
perubahan struktur dan tekstur pada gabah di samping turunnya kadar air, sehingga
meningkatkan kadar protein.
Kenaikan protein pada tahap penggilingan yaitu pecah
kulit atau pengupasan disebabkan sekam sudah hilang sehingga prosentase protein
naik karena sebagian besar sekam tersusun dari jaringan serat selulosa yang mengandung
silica.Sedang gabah yang sudah dikupas atau beras pecah kulit tersusun dari
perikrap, testa, nuselus dan aleuron, skentum, lembaga/embrio dan endosperm
(Haryadi, 2006), yang banyak mengandung protein dan karbohidrat.
Pada proses penyosohan perikarp, testa, lapisan
nuselus, aleuron dan lembaga terpisahkan/terbuang menjadi dedak yang berarti
kehilangan protein, lemak, vitamin dan mineral yang banyak terdapat pada bagian
tersebut, sehingga proses penyosohan ini menurunkan kandungan protein.
Tahap pencucian beras sebelum pemasakan menurunkan
kadar protein, hal ini karena proses pencucian meningkatkan prosentase air
sehingga prosentase protein turun. Pada tahap pemasakan kadar protein juga
menurun, karena pada saat pemasakan menggunakan air yang menyebabkan prosentase
protein turun.
Kadar lemak pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi
nasi
Tahap panen kadar lemak adalah2.285 %, dan setelah
tahapperontokkan kadar lemak turunmenjadi 2.077 %, tetapi pada proses pengeringan
naik hingga 2.607 %,walaupun naik turunnya kandunganlemak tidak terlalu tinggi
tetapi dapatdiketahui bahwa proses perontokandan pengeringan
mempengaruhikandungan lemak dalam gabah. Tahappengeringan dapat
meningkatkankadar lemak, karena pada waktupengeringan dengan sinar matahari adaproses
pemanasan yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur dantekstur pada gabah.
Pada tahap penggilingan yaitupecah kulit atau
pengupasanmenyebabkan sekam hilang sehinggaprosentase lemak naik karena
sebagianbesar sekam tersusun dari jaringanserat selulosa yang mengandung
silica.Sedang gabah yang sudah dikupas atauberas pecah kulit tersusun
dariperikrap, testa, nuselus dan aleuron,skentum, lembaga/embrio danendosperm
(Haryadi, 2006), yangbanyak mengandung protein, lemakkarbohidrat dan
vitamim.Pada aleuronsendiri banyak mengandung butiranlipid sehingga prosentase
lemakmeningkat dengan hilangnya sekampadi.
Pada proses penyosohanperikarp, testa, lapisan
nuselus,aleuron dan lembagaterpisahkan/terbuang menjadi dedakyang berarti
kehilangan protein, lemak,vitamin dan mineral yang banyakterdapat pada bagian
tersebut,sehingga proses penyosohan ini jugamenurunkan kandungan lemak.
Tahap pencucian beras sebelumpemasakan menurunkan
kadar lemak,hal ini karena proses pencucianmeningkatkan prosentase air
sehinggaprosentase protein turun, disamping itukulit ari/dedak yang masih
tersisa diberas hilang tercuci oleh air. Pada tahap pemasakan kadar
lemakmeningkat, karena pada saat pemasakan menggunakan air yang menyebabkan
kandungan pati tergelatinisasi dan merubah pati menjadi asam lemak sehingga
kadar lemak meningkat.
Kadar karbohidrat pada tiap tahapan pengolahan padi
menjadi nasi
Tahapan pengolahan padi menjadi nasi menyebabkan
adanya perubahan kandungan karbohidrat. Hal ini karena di samping menurunnya
prosentase kadar air juga terjadi perubahan struktur gabah saat proses
pengeringan berlangsung yangmenyebabkan prosentase karbohidrat meningkat.
Pada tahap proses penggilingangabah kandungan
karbohidrat meningkat lagi. Naiknya kandungan karbohidrat disebabkansekam
hilang sehingga prosentasekarbohidrat naik, sedang prosespenyosohan juga
meningkatkankandungan karbohidrat karena lapisanyang banyak mengandung
lemakprotein dan sebagian kecil karbohidrathilang dan yang tersisa
adalahendosperm yang banyak mengandungpati dan sedikit protein.
Proses pencucian dan pemasakanberas menyebabkan
penurunankarbohidrat. Hal ini karena pada prosespemasakan terjadi
kerusakankarbohidrat, penambahan airmenyebabkan meningkatnyaprosesntase air
sehingga prosentasekarbohidrat menurun.
Kadar serat pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi
Kandungan serat padatahap perontokan turun dan pada
tahappengeringan naik karena pada tahapperontokan bahan keringnya (malaidan
tangakai padi) sudah berkurangsehingga serat turun, sedangpengeringan
meningkatkan seratkarena kandungan air turun sehinggaprosentase serat
meningkat.
Setelah proses pengeringan yaitupada proses
pengupasan/pecah kulit,penyosohan, pencucian dan pemasakankandungan serat terus
menurun. Halini karena sekam yang banyakmengandung serat dihilangkan.Danpada
tahap penyosohan kulit ari tersisajuga masih mengandung serat
sedikitdihilangkan dengan peoses tersebutsehingga kandungan seratnya
semakinmenurun. Sedang pada prosespencucian semakin menurunkan seratkarena
kulit ari yang masih tertinggaldi beras dicuci bersih disamping karena
prosentase airnya meningkat.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Beras secara umum
terdiri dari : beras hitam, beras putih, beras coklat, beras merah dan beras
ungu
2.
Beras berdasarkan
varietas padi meliputi : pelita, bengawan, celebes, situ bagendit,IR 64, dan membramo
3.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi beras yaitu mutu giling,
mutu rasa dan mutu
tanak, mutu gizi, mutu berdasar ketampakan dan kemurnian biji, dan kandungan
amilosa
4.
Tahapan proses
pengolahan padi menjadi nasi dapat mengubah kandungan kadar air, kadar abu,
protein, lemak,
karbohidrat dan serat
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin,
Muhammad Awaluddin. 2013. Kiat Tingkatkan
Swadaya Produksi Padi.PT Trubus
Swadaya.Depok
Fatmasari,
Harnani S.Pd. 2013. Pengetahuan Bahan
Makanan 1, Pengetahuan Bahan Makanan
Nabati.Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah
Kejuruan. Depok
Iswari,Kasma.2012.Kesiapan
Teknologi Panen dan PascapanenPadi dalam Menekan
Kehilangan
Hasil dan Meningkatkan Mutu Beras.JurnalLitbang Pertanian, 31(2)
Kanisius.1990.Budidaya Tanaman Padi.Kanisius(Anggota
IKAPI).Yogyakarta
Lestari,
Dewi dan Haslina. 2012. Kajian Penanganan
Pascapanen dan Pengolahan Padi
Menjadi Nasi Terhadap Mutu
Kimiawi. Jurnal TEKNOLOGI Pangan dan Hasil Pertanian
Vol. 7 No. 1 Halaman 47-55
Prabowo,Sulistiyo.2006.Pengolahan
dan Pengaruhnya Terhadap Sifat FisikdanKimia Serta
Kualitas Beras. Jurnal
Teknologi Pertanian 1(2) : 43-49
Purwani,E.Y.Yuliani,S..Indrasari,S.D.Nugraha,S.,dan
Thahir,R.2007.Sifat Fisiko-Kimia
Berasdan Indeks Glikemiknya.Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan,Vol.XVIII No.1
Soemartono.1992.Bercocok Tanam Padi.CV.Aneka
ilmu.Semarang
Suhartiningsih, 2004. Haruskah Kita Peduli Rasa Nasi?. FTDC-IPB.
Utama,Prof.Dr.Ir.M.Zulman Harja,MP.2015.Budidaya Padi Pada Lahan Marjinal Kiat
Meningkatkan Produksi Padi.
Casino 2021 - Find Casinos Near Me
BalasHapusCasino 2021 Near Me. Casino Address 하남 출장마사지 5 파주 출장안마 Cedars Boulevard, 안산 출장안마 London, UK 거제 출장안마 06382. Location Casino. Casino. 0.4 아산 출장마사지 km from City Center, London, England. Map